Melatih anak untuk bisa Buang air besar atau buang air kecil di tempatnya merupakan hal yang gampang-gampang susah dilakukan. Hal ini memerlukan ketelatenan dan kesabaran dari orang tua.
Seperti halnya Bilqis yang sekarang menginjak usia 2,5 tahun. Sejak dia bisa berjalan, popok dispossible (‘pempers’) menjadi salah satu pakaian yang tidak pernah lepas dari tubuhnya baik siang maupun malam, baik di rumah maupun bepergian. Hal ini kami lakukan karena rumah kami terletak bersebelahan dengan masjid, sehingga kami khawatir jika dia buang air kecil di dalamnya, tentu hal ini akan membuat masjid terkena najis.
Menginjak usianya yang ke 2 tahun 3 bulan, kami mulai melatihnya untuk bisa buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB) di kamar mandi. Kami tidak lagi memakaikan pempers. Dia sendiri sudah bisa mengatakan keinginannya untuk BAK/BAB. Kami pun harus segera membawanya ke toilet kalau dia sudah bilang demikian.
Selain itu, sebelum tidur, kami minta dia untuk BAK dahulu, dan pada pagi hari, saat kami bangun sekitar jam 4-5, kami juga bawa dia ke kamar mandi. Memang, dia masih ngantuk, tapi kami junjung dia ke kamar mandi. Sehingga tempat tidur juga aman dari bau pesing.
Hambatan memang ada. Kadang kami khawatir dengan kalau-kalau dia BAK lagi di sembarang tempat, apalagi di masjid. Kadang kami juga didera rasa malas… misal saat lelah sepulang kerja, atau pada malam hari. Cuma hal itu harus kami atasi, demi suksesnya toilet training ini.
Toilet training memang memerlukan kesiapan, baik anak sendiri maupun orang tua. Jika anak sudah bisa mengungkapkan keinginannya untuk BAK, itulah saatnya dia mendapatkan Toilet training. Orang tua, juga perlu kesiapan, terutama kesiapan waktu. Kadang orang tua harus berhenti sejenak dari pekerjaannya, atau dari tidurnya atau dari keasyikannya, untuk membawa putra/putrinya ke toilet.
Jangan lupa, berikan penghargaan bagi anak karena sudah melakukan sesuatu dengan baik, dan berikan kepercayaan pada anak bahwa dia bisa melakukannya.